Kamis, 12 November 2020

Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial..

KENDAL BAKAL PUNYA KLASTER MINYAK ATSIRI..

 

KENDAL - Kementerian Koordinator Perekonomian RI melalui Deputi Bidang Perekonomian Rudi Salahudddin didampingi Bupati Kendal dr. Mirna Annisa, M.Si melakukan peninjauan industri minyak atsiri PT Kendal Agro di Desa Ngargosari Kecamatan Sukorejo, Rabu (12/6/2019).

Kunjungan tersebut menurut Rudi, merupakan monitoring dan evaluasi terkait program pengembangan potensi minyak atsiri di Kabupaten Kendal. Rencananya Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Pemkab Kendal akan membentuk klaster minyak atsiri yang meliputi empat kecamatan di Kabupaten Kendal bagian atas.

Bupati Mirna mengharapkan dengan adanya klaster minyak atsiri dari daun cengkeh dan sere ( lemon grass ), produksi minyak atsiri dapat ditingkatkan, mengingat potensinya cukup besar dengan banyaknya perkebunan cengkeh baik milik BUMN maupun swasta di Kabupaten Kendal.

"Ekonomi masyarakat Kabupaten Kendal terutama warga masyarakat Kendal atas dapat meningkat dengan adanya industri penyulingan minyak atsiri," terang Bupati Mirna.

Sementara CEO CV Kendal Agro Atsiri Khafidz Nasullah mengatakan, pabrik penyulingan minyak atsiri ini didirikan untuk memanfaatkan potensi yang ada karena sepanjang perjalanan ke rumahnya di Desa Ngargosari banyak perkebunan cengkeh yang daunnya bisa dipakai untuk bahan minyak atsiri.

 

Bisnis Online Gratis-Bebas Bayar Tagihan langsung dapat untung

Daftar 100% Gratis..     
 pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

  • cariuangtambahan.jpg

 

Ia pun teringat pengalamannya, saat melihat penjual minyak asiri (essential oil) dari nilam di sebuah pameran. Lantas, terbitlah ide untuk membuat minyak asiri dari daun cengkih.

Berbekal rasa penasaran, Khafidz melakukan riset kecil-kecilan. Selama setahun, ia mempelajari proses produksi hingga pemasaran. Yakin dengan potensi pasar dan ketersediaan bahan baku yang besar, ia mulai membuat minyak asiri. Untuk mengawali usaha yang bernama Kendal Agro Atsiri itu, pemuda 23 tahun ini menggandeng seorang teman. Ia mendapat modal Rp 80 juta untuk membeli fasilitas penyulingan pertama. Tepat setahun, modal pun kembali.

Potensi minyak asiri yang besar terus mendongkrak bisnis Kendal Agro Atsiri. Dari dua penyulingan, omzet Khafidz  terus membesar, yakni mencapai Rp 700 juta per bulan.  

Kini, ia telah mengoperasikan empat unit penyulingan dengan mempekerjakan 400 orang, sebagai pengumpul daun-daun cengkih. Pengumpulan daun ini ditampung di 35 pengepul yang tersebar di sepuluh desa. 

Berkat Khafidz, warga desa Ngargosari bisa meningkatkan taraf hidupnya. Ibu-ibu, yang sehari-hari biasa bekerja sebagai buruh tani dan pabrik, bisa mendongkrak penghasilannya hingga Rp 1 juta per bulan.

Tak hanya pasar lokal, pemasaran minyak asiri juga sudah menjangkau sejumlah negara di Eropa, seperti Swiss dan Jerman. Dari Benua Biru itu, Khafidz menerima permintaan minyak asiri mencapai lima ton per bulan. Permintaan juga datang dari produsen obat dan kosmetik di Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Asia.

Minyak Atsiri Nilam

minyak esensial nilamPatchouli essential oil (minyak esensial atau minyak atsiri nilam) berasal dari spesies tanaman dengan genus Pogostemon. Merupakan bagian dari keluarga labiatae, nilam (patchouli) memiliki kekerabatan dengan lavender, mint dan sage. Patchouli Essential Oil memiliki sifat antiseptik dan anti-radang. Jika Anda menderita rambut rontok akibat masalah eksim, dermatitis, atau ketombe, minyak esensial nilam ini dapat menjadi solusi terbaik. Minyak ajaib ini telah digunakan di negara-negara seperti Filipina, Indonesia, dan India selama berabad-abad.
( sumber; didit.com)


Manfaat Patchouli Essential Oil dari Essenzo :

obatrambutrontok.jpg





Manfaat :
• meningkatkan sistem kekebalan tubuh
• deodoran alami
• mencegah rambut rontok
• mengurangi ketombe
• mengurangi insomnia
• untuk kesehatan kulit

Cara penggunaan :
• jika baru menggunakan pertama kali, dilute/campurkan 2-3 tetes patchouli oil pada kurang lebih 10ml carrier oil (contoh : virgin coconut oil), kemudian oleskan
• jika sudah terbiasa menggunakan essential oil, langsung oleskan 1-2 tetes di telapak kaki (tempat dimana titik-titik syaraf berada) atau langsung daerah yang sakit (misal perut, leher, dsb)
• jika menggunakan diffuser, campurkan 2-3 tetes patchouli oil dengan kurang lebih 100ml air.


rambutrontok.jpg


Seiring dengan derasnya permintaan, selain asiri cengkih, Khafidz juga mengembangkan produk minyak asiri dari kulit pala, nilam, bunga mawar dan melati. Maklum, harga minyak asiri cukup tinggi. Minyak dari daun cengkih berbanderol Rp 100.000 per kg. Asiri dari nilam mencapai Rp 400.000 per kg, sementara asiri kulit pala berharga Rp 600.000 per kg. 

Dari semua asiri yang diproduksi, asiri mawar dan melati terbilang paling mahal. Minyak dua bunga tersebut dapat dibanderol dengan kisaran harga  puluhan hingga seratusan juta rupiah tiap kilogram. 

Tak heran, tiap bulan, Khafidz bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 2 miliar. Tahun ini ia juga berencana menggenjot kapasitas produksinya hingga 36 ton per tahun.  

CV Kendal Agro Atsiri berkantor di Jl. kaliurang Ngaglik Sleman DIY sedangkan pabrik penyulingan di beberapa tempat di Kabupaten Kendal. ( Kominfo / heDJ )
(sumber: kendalkab.go.id)
 

Ezenzo oil produk kesehatan terbaik | PRODUK KESEHATAN ALAMI..

 

Program Kesehatan dan Umur Panjang

Memicu Sekresi Hormon Kebahagiaan

Mencegah Penyakit

Meningkatkan Daya Tahan Alami Tubuh


Mari beralih ke produk yang alami !! Essensial oil by essenzo

solusi masalah kesehatan untuk keluarga anda..
 
solusisehatbugaralami.jpg
Nah, kabar baiknya kami akan bantu sediakan SOLUSINYA agar Anda bisa memulai bisnis online dengan cara yang Sederhana. Anda bisa pelajari dengan Klik Tombol LEARN MORE / Pelajari Selengkapnya.

 
www.akademibisnisdigital.com/#/starter/?ref=natabd9e&funnel=Starter1


Untuk pendaftaran cukup ikuti registrasi di website essenso disini..


Essensial Oil dari Essenzo bisa menjadi solusi Anda untuk sehat dengan cara yang PRAKTIS, harga TERJANGKAU, produk yang bisa dipakai sekeluarga dan terbuat dari 100% bahan ALAMI sehingga AMAN dipakai siapa saja..


produknaturalherbal.jpg

 
Kesehatan adalah harta yang paling berharga..

Salah satu hal yang paling penting untuk kesehatan adalah dengan mencukupi kebutuhan cairan di tubuh kita..

Silahkan pelajari selengkapnya disini..
 
 
  http://davitherbal.com/?ref=23

 
https://essenzo.co.id/#/home?ref=natabd9e&funnel=EssenzoHome1


Kesehatan adalah harta yang paling berharga.

Salah satu hal yang paling penting untuk kesehatan adalah dengan mencukupi kebutuhan cairan di tubuh kita.

Walaupun hanya berada di rumah, pastikan cairan tubuh Anda tercukupi ya!


   

Jadilah bagian dari produk Abdi... Dapatkan solusi sehat cegah virus corona (covid-19) disini...

Semoga Anda selalu sehat!

Sekitar 4.000 warga yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa mereka. Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang harganya kerap anjlok saat panen. Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran parfum, atau menjadi obat penawar penyakit.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial?page=all#page2.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Bambang P. Jatmiko

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Sekitar 4.000 warga yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa mereka. Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang harganya kerap anjlok saat panen. Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran parfum, atau menjadi obat penawar penyakit. Baca juga: Astra Berikan Penghargaan untuk Anak Muda Pejuang di Kala Pandemi Semua bermula dari Khafidz Nasrullah, pemuda yang menjadi penggerak bagi warga desa untuk memproduksi minyak esensial. Ia merupakan anak buruh tani di salah satu desa di Kabupaten Kendal yakni Desa Ngargosari. Ia mengatakan dulu tembakau menjadi satu-satunya komoditas utama di wilayah tersebut. Namun, karena prospek ke depan dianggap tidak terlalu baik, tembakau pun ditinggalkan. Sehingga masyarakat mulai menanam sayuran dan buah, seperti cabai, kubis dan jambu biji. Program Desa Mandiri Energi tahun 2012 yang dicanangkan pemerintah pun tak berjalan baik. Hal itu membuatnya berinisiatif mencari tanaman alternatif untuk dibudidayakan bersama masyarakat. Pilihannya jatuh pada cengkeh dan sereh wangi yang memang banyak di wilayah tersebut. Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Teknik Industri di UIN Yogyakarta, Khafidz memakai ilmunya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan masuk ke bidang usaha yang baru, yakni minyak esensial. "Ternyata ada daun-daun cengkih kering yang berguguran di belakang rumah yang tidak dimanfaatkan. Maka itu jadi terpikirkan untuk riset dan dimanfaatkan jadi minyak esensial," ungkap Khafidz dalam Workshop Lingkungan 2020 Astra secara virtual, Selasa (10/11/2020). Untuk minyak esensial berbahan baku sereh wangi digunakan daun yang masih segar berwarna hijau. Sedangkan untuk berbahan baku cengkih, yang digunakan hanya daun yang berguguran atau layu. Baca juga: Gowes Kembali Populer, Apakah Astra Bakal Produksi Lagi Sepeda Federal? Lantaran daun cengkih berwarna kecoklatan yang sudah jatuh ke tanah memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi ketimbang yang masih di pohon. Adapun untuk menampung produksi-produksi minyak esensial dan memasarkannya, Khafidz membangun CV Nares. Maka tak aneh bila saat ini banyak produk minyak esensial dengan merek Nares yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan minyak esensial Nares sudah diekspor ke berbagai negara seperti Jerman, Prancis dan Spanyol. Minyak esensial Nares Lihat Foto Minyak esensial Nares(Nares) Peningkatan Pendapatan Penduduk Desa Khafidz menjelaskan, ada tiga pemberdayaan yang dilakukan pada penduduk desa. Pertama, pihaknya membeli bahan baku dari masyarakat yang kemudian Nares melakukan penyulingan minyak esensial. Kedua, warga yang sudah bisa melakukan penyulingan menjual produksi minyak esensialnya kepada Nares. Serta ketiga, warga yang tidak memiliki lahan maka menjadi pekerja dalam proses pembuatan minyak esensial. "Mereka sangat antusias, semangat untuk produksinya bisa lebih meningkat dan kualitasnya lebih unggul lagi. Karena memang mereka sudah rasakan betul manfaat dari yang mereka lakukan itu," jelasnya. Khafidz bilang, jika dahulu masyarakat desa hanya bergantung pada pertanian biasa, pendapatannya cuma sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta per bulan. Padahal kebutuhan hidup mereka berkisar Rp 1,4 juta-Rp 1,5 juta per bulan atau Rp 40.000 per hari. Baca juga: Astra Kembangkan 750 Desa Binaan di Seluruh Indonesia "Jadi masih sangat-sangat kurang, dengan kondisi perekonomian seperti itu mereka bisa dikatakan masih berada di bawah garsis kemiskinan," tambahnya. Namun sejak warga desa beralih memproduksi minyak esensial dari cengkih dan sereh wangi, pendapatannya meningkat jadi sekitar Rp 2 juta-Rp 5 juta per bulan. Rata-rata naik hingga empat kali lipat. Kondisi finansial yang membaik bahkan berdampak lain pada kehidupan sosial dan pendidikan masyarakat desa. Menurut Khafidz, keluarga para petani menjadi lebih harmonis karena tidak tertekan masalah ekonomi. "Peningkatan pendapatan memberikan dampak keharmonisan keluarga. Hal lain yang enggak bisa diukur dengan nilai dari kesejahteraan adalah senyum para petani," kata dia. Di sisi lain, masyarakat pun semakin terbuka akan pentingnya pendidikan setinggi mungkin untuk peningkatan taraf hidup. Lantaran, kebanyakan penduduk desa merupakan lulusan sekolah dasar (SD). "Harapannya mereka sebagai orang tua yang dulunya bahkan enggak lulus SD, sekarang mereka ingin anaknya harus ke jenjang kuliah," ungkap Khafidz. Peran Astra Membina Warga Desa Kisah Khafidz dengan warga desa di Kabupaten Kendal tak lepas pula dari peran Astra yang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Lantaran wilayah tersebut menjadi salah satu Desa Sejahtera Astra (DSA). Sejak membina DSA di Kendal pada Juli 2019 hingga saat ini, Astra terus memotivasi dan membina masyarakat di sana untuk menanam serai wangi, mengumpulkan daun cengkih, sekaligus mengolah bahan baku dari minyak esensial. Perusahaan melalui program DSA memberikan dukungan berupa fasilitas mesin pengolahan bahan baku minyak esensial, pendampingan, dan pembinaan kepada masyarakat desa. Astra memberikan edukasi mengenai cara memproduksi minyak esensial, mulai dari metode pengeringan bahan baku, pengetahuan soal bahan baku seperti apa yang siap diolah melalui mesin penyulingan, hingga tentang cara pengolahannya. Tak berhenti di situ, Astra juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan keterampilan non-teknis (soft skill pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada minyak esensial. Hal itu dilakukan dengan pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan membuat foto produk, manajemen UMKM, desain produk dan pengemasan, hingga promosi produk, dan lainnya. Baca juga: Gerakan Semangat Kurangi Plastik Astra Kumpulkan 47 Ton Sampah Plastik Alhasil, kini produk minyak esensial yang dihasilkan oleh produsen-produsen di DSA Kendal sudah mengikuti standar pengolahan industri. Suyanti, salah satu warga dari Desa Ngargosari, Kabupaten Kendal pun mengakui merasakan dampak positif dari pelatihan dan pendampingan dari Astra. Pendapatan suaminya yang dulu sangat pas-pasan, kini meningkat jauh setelah beralih ke produksi minyak esensial. “Dulu suami saya jarang pulang ke rumah karena harus bekerja sebagai buruh bangunan yang pendapatannya tidak seberapa. Sekarang setelah ikut bekerja mengolah minyak atsiri, setiap hari bisa pulang ke rumah, dekat dengan keluarga, dan tentunya pendapatan jauh meningkat tiga sampai empat kali lipat,” ujar Suyanti.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial?page=all#page2.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Bambang P. Jatmiko

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Sekitar 4.000 warga yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa mereka. Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang harganya kerap anjlok saat panen. Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran parfum, atau menjadi obat penawar penyakit. Baca juga: Astra Berikan Penghargaan untuk Anak Muda Pejuang di Kala Pandemi Semua bermula dari Khafidz Nasrullah, pemuda yang menjadi penggerak bagi warga desa untuk memproduksi minyak esensial. Ia merupakan anak buruh tani di salah satu desa di Kabupaten Kendal yakni Desa Ngargosari. Ia mengatakan dulu tembakau menjadi satu-satunya komoditas utama di wilayah tersebut. Namun, karena prospek ke depan dianggap tidak terlalu baik, tembakau pun ditinggalkan. Sehingga masyarakat mulai menanam sayuran dan buah, seperti cabai, kubis dan jambu biji. Program Desa Mandiri Energi tahun 2012 yang dicanangkan pemerintah pun tak berjalan baik. Hal itu membuatnya berinisiatif mencari tanaman alternatif untuk dibudidayakan bersama masyarakat. Pilihannya jatuh pada cengkeh dan sereh wangi yang memang banyak di wilayah tersebut. Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Teknik Industri di UIN Yogyakarta, Khafidz memakai ilmunya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan masuk ke bidang usaha yang baru, yakni minyak esensial. "Ternyata ada daun-daun cengkih kering yang berguguran di belakang rumah yang tidak dimanfaatkan. Maka itu jadi terpikirkan untuk riset dan dimanfaatkan jadi minyak esensial," ungkap Khafidz dalam Workshop Lingkungan 2020 Astra secara virtual, Selasa (10/11/2020). Untuk minyak esensial berbahan baku sereh wangi digunakan daun yang masih segar berwarna hijau. Sedangkan untuk berbahan baku cengkih, yang digunakan hanya daun yang berguguran atau layu. Baca juga: Gowes Kembali Populer, Apakah Astra Bakal Produksi Lagi Sepeda Federal? Lantaran daun cengkih berwarna kecoklatan yang sudah jatuh ke tanah memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi ketimbang yang masih di pohon. Adapun untuk menampung produksi-produksi minyak esensial dan memasarkannya, Khafidz membangun CV Nares. Maka tak aneh bila saat ini banyak produk minyak esensial dengan merek Nares yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan minyak esensial Nares sudah diekspor ke berbagai negara seperti Jerman, Prancis dan Spanyol. Minyak esensial Nares Lihat Foto Minyak esensial Nares(Nares) Peningkatan Pendapatan Penduduk Desa Khafidz menjelaskan, ada tiga pemberdayaan yang dilakukan pada penduduk desa. Pertama, pihaknya membeli bahan baku dari masyarakat yang kemudian Nares melakukan penyulingan minyak esensial. Kedua, warga yang sudah bisa melakukan penyulingan menjual produksi minyak esensialnya kepada Nares. Serta ketiga, warga yang tidak memiliki lahan maka menjadi pekerja dalam proses pembuatan minyak esensial. "Mereka sangat antusias, semangat untuk produksinya bisa lebih meningkat dan kualitasnya lebih unggul lagi. Karena memang mereka sudah rasakan betul manfaat dari yang mereka lakukan itu," jelasnya. Khafidz bilang, jika dahulu masyarakat desa hanya bergantung pada pertanian biasa, pendapatannya cuma sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta per bulan. Padahal kebutuhan hidup mereka berkisar Rp 1,4 juta-Rp 1,5 juta per bulan atau Rp 40.000 per hari. Baca juga: Astra Kembangkan 750 Desa Binaan di Seluruh Indonesia "Jadi masih sangat-sangat kurang, dengan kondisi perekonomian seperti itu mereka bisa dikatakan masih berada di bawah garsis kemiskinan," tambahnya. Namun sejak warga desa beralih memproduksi minyak esensial dari cengkih dan sereh wangi, pendapatannya meningkat jadi sekitar Rp 2 juta-Rp 5 juta per bulan. Rata-rata naik hingga empat kali lipat. Kondisi finansial yang membaik bahkan berdampak lain pada kehidupan sosial dan pendidikan masyarakat desa. Menurut Khafidz, keluarga para petani menjadi lebih harmonis karena tidak tertekan masalah ekonomi. "Peningkatan pendapatan memberikan dampak keharmonisan keluarga. Hal lain yang enggak bisa diukur dengan nilai dari kesejahteraan adalah senyum para petani," kata dia. Di sisi lain, masyarakat pun semakin terbuka akan pentingnya pendidikan setinggi mungkin untuk peningkatan taraf hidup. Lantaran, kebanyakan penduduk desa merupakan lulusan sekolah dasar (SD). "Harapannya mereka sebagai orang tua yang dulunya bahkan enggak lulus SD, sekarang mereka ingin anaknya harus ke jenjang kuliah," ungkap Khafidz. Peran Astra Membina Warga Desa Kisah Khafidz dengan warga desa di Kabupaten Kendal tak lepas pula dari peran Astra yang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Lantaran wilayah tersebut menjadi salah satu Desa Sejahtera Astra (DSA). Sejak membina DSA di Kendal pada Juli 2019 hingga saat ini, Astra terus memotivasi dan membina masyarakat di sana untuk menanam serai wangi, mengumpulkan daun cengkih, sekaligus mengolah bahan baku dari minyak esensial. Perusahaan melalui program DSA memberikan dukungan berupa fasilitas mesin pengolahan bahan baku minyak esensial, pendampingan, dan pembinaan kepada masyarakat desa. Astra memberikan edukasi mengenai cara memproduksi minyak esensial, mulai dari metode pengeringan bahan baku, pengetahuan soal bahan baku seperti apa yang siap diolah melalui mesin penyulingan, hingga tentang cara pengolahannya. Tak berhenti di situ, Astra juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan keterampilan non-teknis (soft skill pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada minyak esensial. Hal itu dilakukan dengan pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan membuat foto produk, manajemen UMKM, desain produk dan pengemasan, hingga promosi produk, dan lainnya. Baca juga: Gerakan Semangat Kurangi Plastik Astra Kumpulkan 47 Ton Sampah Plastik Alhasil, kini produk minyak esensial yang dihasilkan oleh produsen-produsen di DSA Kendal sudah mengikuti standar pengolahan industri. Suyanti, salah satu warga dari Desa Ngargosari, Kabupaten Kendal pun mengakui merasakan dampak positif dari pelatihan dan pendampingan dari Astra. Pendapatan suaminya yang dulu sangat pas-pasan, kini meningkat jauh setelah beralih ke produksi minyak esensial. “Dulu suami saya jarang pulang ke rumah karena harus bekerja sebagai buruh bangunan yang pendapatannya tidak seberapa. Sekarang setelah ikut bekerja mengolah minyak atsiri, setiap hari bisa pulang ke rumah, dekat dengan keluarga, dan tentunya pendapatan jauh meningkat tiga sampai empat kali lipat,” ujar Suyanti.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial?page=all#page2.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Bambang P. Jatmiko

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Sekitar 4.000 warga yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa mereka. Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang harganya kerap anjlok saat panen. Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran parfum, atau menjadi obat penawar penyakit. Baca juga: Astra Berikan Penghargaan untuk Anak Muda Pejuang di Kala Pandemi Semua bermula dari Khafidz Nasrullah, pemuda yang menjadi penggerak bagi warga desa untuk memproduksi minyak esensial. Ia merupakan anak buruh tani di salah satu desa di Kabupaten Kendal yakni Desa Ngargosari. Ia mengatakan dulu tembakau menjadi satu-satunya komoditas utama di wilayah tersebut. Namun, karena prospek ke depan dianggap tidak terlalu baik, tembakau pun ditinggalkan. Sehingga masyarakat mulai menanam sayuran dan buah, seperti cabai, kubis dan jambu biji. Program Desa Mandiri Energi tahun 2012 yang dicanangkan pemerintah pun tak berjalan baik. Hal itu membuatnya berinisiatif mencari tanaman alternatif untuk dibudidayakan bersama masyarakat. Pilihannya jatuh pada cengkeh dan sereh wangi yang memang banyak di wilayah tersebut. Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Teknik Industri di UIN Yogyakarta, Khafidz memakai ilmunya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan masuk ke bidang usaha yang baru, yakni minyak esensial. "Ternyata ada daun-daun cengkih kering yang berguguran di belakang rumah yang tidak dimanfaatkan. Maka itu jadi terpikirkan untuk riset dan dimanfaatkan jadi minyak esensial," ungkap Khafidz dalam Workshop Lingkungan 2020 Astra secara virtual, Selasa (10/11/2020). Untuk minyak esensial berbahan baku sereh wangi digunakan daun yang masih segar berwarna hijau. Sedangkan untuk berbahan baku cengkih, yang digunakan hanya daun yang berguguran atau layu. Baca juga: Gowes Kembali Populer, Apakah Astra Bakal Produksi Lagi Sepeda Federal? Lantaran daun cengkih berwarna kecoklatan yang sudah jatuh ke tanah memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi ketimbang yang masih di pohon. Adapun untuk menampung produksi-produksi minyak esensial dan memasarkannya, Khafidz membangun CV Nares. Maka tak aneh bila saat ini banyak produk minyak esensial dengan merek Nares yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan minyak esensial Nares sudah diekspor ke berbagai negara seperti Jerman, Prancis dan Spanyol. Minyak esensial Nares Lihat Foto Minyak esensial Nares(Nares) Peningkatan Pendapatan Penduduk Desa Khafidz menjelaskan, ada tiga pemberdayaan yang dilakukan pada penduduk desa. Pertama, pihaknya membeli bahan baku dari masyarakat yang kemudian Nares melakukan penyulingan minyak esensial. Kedua, warga yang sudah bisa melakukan penyulingan menjual produksi minyak esensialnya kepada Nares. Serta ketiga, warga yang tidak memiliki lahan maka menjadi pekerja dalam proses pembuatan minyak esensial. "Mereka sangat antusias, semangat untuk produksinya bisa lebih meningkat dan kualitasnya lebih unggul lagi. Karena memang mereka sudah rasakan betul manfaat dari yang mereka lakukan itu," jelasnya. Khafidz bilang, jika dahulu masyarakat desa hanya bergantung pada pertanian biasa, pendapatannya cuma sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta per bulan. Padahal kebutuhan hidup mereka berkisar Rp 1,4 juta-Rp 1,5 juta per bulan atau Rp 40.000 per hari. Baca juga: Astra Kembangkan 750 Desa Binaan di Seluruh Indonesia "Jadi masih sangat-sangat kurang, dengan kondisi perekonomian seperti itu mereka bisa dikatakan masih berada di bawah garsis kemiskinan," tambahnya. Namun sejak warga desa beralih memproduksi minyak esensial dari cengkih dan sereh wangi, pendapatannya meningkat jadi sekitar Rp 2 juta-Rp 5 juta per bulan. Rata-rata naik hingga empat kali lipat. Kondisi finansial yang membaik bahkan berdampak lain pada kehidupan sosial dan pendidikan masyarakat desa. Menurut Khafidz, keluarga para petani menjadi lebih harmonis karena tidak tertekan masalah ekonomi. "Peningkatan pendapatan memberikan dampak keharmonisan keluarga. Hal lain yang enggak bisa diukur dengan nilai dari kesejahteraan adalah senyum para petani," kata dia. Di sisi lain, masyarakat pun semakin terbuka akan pentingnya pendidikan setinggi mungkin untuk peningkatan taraf hidup. Lantaran, kebanyakan penduduk desa merupakan lulusan sekolah dasar (SD). "Harapannya mereka sebagai orang tua yang dulunya bahkan enggak lulus SD, sekarang mereka ingin anaknya harus ke jenjang kuliah," ungkap Khafidz. Peran Astra Membina Warga Desa Kisah Khafidz dengan warga desa di Kabupaten Kendal tak lepas pula dari peran Astra yang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Lantaran wilayah tersebut menjadi salah satu Desa Sejahtera Astra (DSA). Sejak membina DSA di Kendal pada Juli 2019 hingga saat ini, Astra terus memotivasi dan membina masyarakat di sana untuk menanam serai wangi, mengumpulkan daun cengkih, sekaligus mengolah bahan baku dari minyak esensial. Perusahaan melalui program DSA memberikan dukungan berupa fasilitas mesin pengolahan bahan baku minyak esensial, pendampingan, dan pembinaan kepada masyarakat desa. Astra memberikan edukasi mengenai cara memproduksi minyak esensial, mulai dari metode pengeringan bahan baku, pengetahuan soal bahan baku seperti apa yang siap diolah melalui mesin penyulingan, hingga tentang cara pengolahannya. Tak berhenti di situ, Astra juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan keterampilan non-teknis (soft skill pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada minyak esensial. Hal itu dilakukan dengan pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan membuat foto produk, manajemen UMKM, desain produk dan pengemasan, hingga promosi produk, dan lainnya. Baca juga: Gerakan Semangat Kurangi Plastik Astra Kumpulkan 47 Ton Sampah Plastik Alhasil, kini produk minyak esensial yang dihasilkan oleh produsen-produsen di DSA Kendal sudah mengikuti standar pengolahan industri. Suyanti, salah satu warga dari Desa Ngargosari, Kabupaten Kendal pun mengakui merasakan dampak positif dari pelatihan dan pendampingan dari Astra. Pendapatan suaminya yang dulu sangat pas-pasan, kini meningkat jauh setelah beralih ke produksi minyak esensial. “Dulu suami saya jarang pulang ke rumah karena harus bekerja sebagai buruh bangunan yang pendapatannya tidak seberapa. Sekarang setelah ikut bekerja mengolah minyak atsiri, setiap hari bisa pulang ke rumah, dekat dengan keluarga, dan tentunya pendapatan jauh meningkat tiga sampai empat kali lipat,” ujar Suyanti.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial?page=all#page2.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Bambang P. Jatmiko

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Sekitar 4.000 warga yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa mereka. Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang harganya kerap anjlok saat panen. Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran parfum, atau menjadi obat penawar penyakit. Baca juga: Astra Berikan Penghargaan untuk Anak Muda Pejuang di Kala Pandemi Semua bermula dari Khafidz Nasrullah, pemuda yang menjadi penggerak bagi warga desa untuk memproduksi minyak esensial. Ia merupakan anak buruh tani di salah satu desa di Kabupaten Kendal yakni Desa Ngargosari. Ia mengatakan dulu tembakau menjadi satu-satunya komoditas utama di wilayah tersebut. Namun, karena prospek ke depan dianggap tidak terlalu baik, tembakau pun ditinggalkan. Sehingga masyarakat mulai menanam sayuran dan buah, seperti cabai, kubis dan jambu biji. Program Desa Mandiri Energi tahun 2012 yang dicanangkan pemerintah pun tak berjalan baik. Hal itu membuatnya berinisiatif mencari tanaman alternatif untuk dibudidayakan bersama masyarakat. Pilihannya jatuh pada cengkeh dan sereh wangi yang memang banyak di wilayah tersebut. Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Teknik Industri di UIN Yogyakarta, Khafidz memakai ilmunya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan masuk ke bidang usaha yang baru, yakni minyak esensial. "Ternyata ada daun-daun cengkih kering yang berguguran di belakang rumah yang tidak dimanfaatkan. Maka itu jadi terpikirkan untuk riset dan dimanfaatkan jadi minyak esensial," ungkap Khafidz dalam Workshop Lingkungan 2020 Astra secara virtual, Selasa (10/11/2020). Untuk minyak esensial berbahan baku sereh wangi digunakan daun yang masih segar berwarna hijau. Sedangkan untuk berbahan baku cengkih, yang digunakan hanya daun yang berguguran atau layu. Baca juga: Gowes Kembali Populer, Apakah Astra Bakal Produksi Lagi Sepeda Federal? Lantaran daun cengkih berwarna kecoklatan yang sudah jatuh ke tanah memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi ketimbang yang masih di pohon. Adapun untuk menampung produksi-produksi minyak esensial dan memasarkannya, Khafidz membangun CV Nares. Maka tak aneh bila saat ini banyak produk minyak esensial dengan merek Nares yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan minyak esensial Nares sudah diekspor ke berbagai negara seperti Jerman, Prancis dan Spanyol. Minyak esensial Nares Lihat Foto Minyak esensial Nares(Nares) Peningkatan Pendapatan Penduduk Desa Khafidz menjelaskan, ada tiga pemberdayaan yang dilakukan pada penduduk desa. Pertama, pihaknya membeli bahan baku dari masyarakat yang kemudian Nares melakukan penyulingan minyak esensial. Kedua, warga yang sudah bisa melakukan penyulingan menjual produksi minyak esensialnya kepada Nares. Serta ketiga, warga yang tidak memiliki lahan maka menjadi pekerja dalam proses pembuatan minyak esensial. "Mereka sangat antusias, semangat untuk produksinya bisa lebih meningkat dan kualitasnya lebih unggul lagi. Karena memang mereka sudah rasakan betul manfaat dari yang mereka lakukan itu," jelasnya. Khafidz bilang, jika dahulu masyarakat desa hanya bergantung pada pertanian biasa, pendapatannya cuma sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta per bulan. Padahal kebutuhan hidup mereka berkisar Rp 1,4 juta-Rp 1,5 juta per bulan atau Rp 40.000 per hari. Baca juga: Astra Kembangkan 750 Desa Binaan di Seluruh Indonesia "Jadi masih sangat-sangat kurang, dengan kondisi perekonomian seperti itu mereka bisa dikatakan masih berada di bawah garsis kemiskinan," tambahnya. Namun sejak warga desa beralih memproduksi minyak esensial dari cengkih dan sereh wangi, pendapatannya meningkat jadi sekitar Rp 2 juta-Rp 5 juta per bulan. Rata-rata naik hingga empat kali lipat. Kondisi finansial yang membaik bahkan berdampak lain pada kehidupan sosial dan pendidikan masyarakat desa. Menurut Khafidz, keluarga para petani menjadi lebih harmonis karena tidak tertekan masalah ekonomi. "Peningkatan pendapatan memberikan dampak keharmonisan keluarga. Hal lain yang enggak bisa diukur dengan nilai dari kesejahteraan adalah senyum para petani," kata dia. Di sisi lain, masyarakat pun semakin terbuka akan pentingnya pendidikan setinggi mungkin untuk peningkatan taraf hidup. Lantaran, kebanyakan penduduk desa merupakan lulusan sekolah dasar (SD). "Harapannya mereka sebagai orang tua yang dulunya bahkan enggak lulus SD, sekarang mereka ingin anaknya harus ke jenjang kuliah," ungkap Khafidz. Peran Astra Membina Warga Desa Kisah Khafidz dengan warga desa di Kabupaten Kendal tak lepas pula dari peran Astra yang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Lantaran wilayah tersebut menjadi salah satu Desa Sejahtera Astra (DSA). Sejak membina DSA di Kendal pada Juli 2019 hingga saat ini, Astra terus memotivasi dan membina masyarakat di sana untuk menanam serai wangi, mengumpulkan daun cengkih, sekaligus mengolah bahan baku dari minyak esensial. Perusahaan melalui program DSA memberikan dukungan berupa fasilitas mesin pengolahan bahan baku minyak esensial, pendampingan, dan pembinaan kepada masyarakat desa. Astra memberikan edukasi mengenai cara memproduksi minyak esensial, mulai dari metode pengeringan bahan baku, pengetahuan soal bahan baku seperti apa yang siap diolah melalui mesin penyulingan, hingga tentang cara pengolahannya. Tak berhenti di situ, Astra juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan keterampilan non-teknis (soft skill pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada minyak esensial. Hal itu dilakukan dengan pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan membuat foto produk, manajemen UMKM, desain produk dan pengemasan, hingga promosi produk, dan lainnya. Baca juga: Gerakan Semangat Kurangi Plastik Astra Kumpulkan 47 Ton Sampah Plastik Alhasil, kini produk minyak esensial yang dihasilkan oleh produsen-produsen di DSA Kendal sudah mengikuti standar pengolahan industri. Suyanti, salah satu warga dari Desa Ngargosari, Kabupaten Kendal pun mengakui merasakan dampak positif dari pelatihan dan pendampingan dari Astra. Pendapatan suaminya yang dulu sangat pas-pasan, kini meningkat jauh setelah beralih ke produksi minyak esensial. “Dulu suami saya jarang pulang ke rumah karena harus bekerja sebagai buruh bangunan yang pendapatannya tidak seberapa. Sekarang setelah ikut bekerja mengolah minyak atsiri, setiap hari bisa pulang ke rumah, dekat dengan keluarga, dan tentunya pendapatan jauh meningkat tiga sampai empat kali lipat,” ujar Suyanti.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial?page=all#page2.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Bambang P. Jatmiko

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L