Sekitar 4.000 warga
yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,
berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam
yang ada di desa mereka.
Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi
minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang
harganya kerap anjlok saat panen.
Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma
yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau
biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran
parfum, atau menjadi obat penawar penyakit.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial?page=all#page2.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Bambang P. Jatmiko
Download aplikasi
Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android:
https://bit.ly/3g85pkAiOS:
https://apple.co/3hXWJ0LSekitar 4.000 warga
yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,
berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam
yang ada di desa mereka.
Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi
minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang
harganya kerap anjlok saat panen.
Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma
yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau
biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran
parfum, atau menjadi obat penawar penyakit.
Baca juga: Astra Berikan Penghargaan untuk Anak Muda Pejuang di Kala
Pandemi
Semua bermula dari Khafidz Nasrullah, pemuda yang menjadi penggerak bagi
warga desa untuk memproduksi minyak esensial. Ia merupakan anak buruh
tani di salah satu desa di Kabupaten Kendal yakni Desa Ngargosari.
Ia mengatakan dulu tembakau menjadi satu-satunya komoditas utama di
wilayah tersebut. Namun, karena prospek ke depan dianggap tidak terlalu
baik, tembakau pun ditinggalkan.
Sehingga masyarakat mulai menanam sayuran dan buah, seperti cabai, kubis
dan jambu biji. Program Desa Mandiri Energi tahun 2012 yang dicanangkan
pemerintah pun tak berjalan baik.
Hal itu membuatnya berinisiatif mencari tanaman alternatif untuk
dibudidayakan bersama masyarakat. Pilihannya jatuh pada cengkeh dan
sereh wangi yang memang banyak di wilayah tersebut.
Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Teknik Industri di UIN Yogyakarta,
Khafidz memakai ilmunya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan
masuk ke bidang usaha yang baru, yakni minyak esensial.
"Ternyata ada daun-daun cengkih kering yang berguguran di belakang rumah
yang tidak dimanfaatkan. Maka itu jadi terpikirkan untuk riset dan
dimanfaatkan jadi minyak esensial," ungkap Khafidz dalam Workshop
Lingkungan 2020 Astra secara virtual, Selasa (10/11/2020).
Untuk minyak esensial berbahan baku sereh wangi digunakan daun yang
masih segar berwarna hijau. Sedangkan untuk berbahan baku cengkih, yang
digunakan hanya daun yang berguguran atau layu.
Baca juga: Gowes Kembali Populer, Apakah Astra Bakal Produksi Lagi
Sepeda Federal?
Lantaran daun cengkih berwarna kecoklatan yang sudah jatuh ke tanah
memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi ketimbang yang masih di
pohon.
Adapun untuk menampung produksi-produksi minyak esensial dan
memasarkannya, Khafidz membangun CV Nares. Maka tak aneh bila saat ini
banyak produk minyak esensial dengan merek Nares yang tersebar di
seluruh Indonesia.
Bahkan minyak esensial Nares sudah diekspor ke berbagai negara seperti
Jerman, Prancis dan Spanyol.
Minyak esensial Nares
Lihat Foto
Minyak esensial Nares(Nares)
Peningkatan Pendapatan Penduduk Desa
Khafidz menjelaskan, ada tiga pemberdayaan yang dilakukan pada penduduk
desa. Pertama, pihaknya membeli bahan baku dari masyarakat yang kemudian
Nares melakukan penyulingan minyak esensial.
Kedua, warga yang sudah bisa melakukan penyulingan menjual produksi
minyak esensialnya kepada Nares. Serta ketiga, warga yang tidak memiliki
lahan maka menjadi pekerja dalam proses pembuatan minyak esensial.
"Mereka sangat antusias, semangat untuk produksinya bisa lebih meningkat
dan kualitasnya lebih unggul lagi. Karena memang mereka sudah rasakan
betul manfaat dari yang mereka lakukan itu," jelasnya.
Khafidz bilang, jika dahulu masyarakat desa hanya bergantung pada
pertanian biasa, pendapatannya cuma sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta per
bulan. Padahal kebutuhan hidup mereka berkisar Rp 1,4 juta-Rp 1,5 juta
per bulan atau Rp 40.000 per hari.
Baca juga: Astra Kembangkan 750 Desa Binaan di Seluruh Indonesia
"Jadi masih sangat-sangat kurang, dengan kondisi perekonomian seperti
itu mereka bisa dikatakan masih berada di bawah garsis kemiskinan,"
tambahnya.
Namun sejak warga desa beralih memproduksi minyak esensial dari cengkih
dan sereh wangi, pendapatannya meningkat jadi sekitar Rp 2 juta-Rp 5
juta per bulan. Rata-rata naik hingga empat kali lipat.
Kondisi finansial yang membaik bahkan berdampak lain pada kehidupan
sosial dan pendidikan masyarakat desa. Menurut Khafidz, keluarga para
petani menjadi lebih harmonis karena tidak tertekan masalah ekonomi.
"Peningkatan pendapatan memberikan dampak keharmonisan keluarga. Hal
lain yang enggak bisa diukur dengan nilai dari kesejahteraan adalah
senyum para petani," kata dia.
Di sisi lain, masyarakat pun semakin terbuka akan pentingnya pendidikan
setinggi mungkin untuk peningkatan taraf hidup. Lantaran, kebanyakan
penduduk desa merupakan lulusan sekolah dasar (SD).
"Harapannya mereka sebagai orang tua yang dulunya bahkan enggak lulus
SD, sekarang mereka ingin anaknya harus ke jenjang kuliah," ungkap
Khafidz.
Peran Astra Membina Warga Desa
Kisah Khafidz dengan warga desa di Kabupaten Kendal tak lepas pula dari
peran Astra yang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Lantaran wilayah tersebut menjadi salah satu Desa Sejahtera
Astra (DSA).
Sejak membina DSA di Kendal pada Juli 2019 hingga saat ini, Astra terus
memotivasi dan membina masyarakat di sana untuk menanam serai wangi,
mengumpulkan daun cengkih, sekaligus mengolah bahan baku dari minyak
esensial.
Perusahaan melalui program DSA memberikan dukungan berupa fasilitas
mesin pengolahan bahan baku minyak esensial, pendampingan, dan pembinaan
kepada masyarakat desa.
Astra memberikan edukasi mengenai cara memproduksi minyak esensial,
mulai dari metode pengeringan bahan baku, pengetahuan soal bahan baku
seperti apa yang siap diolah melalui mesin penyulingan, hingga tentang
cara pengolahannya.
Tak berhenti di situ, Astra juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan
keterampilan non-teknis (soft skill pada masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada minyak esensial.
Hal itu dilakukan dengan pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan
membuat foto produk, manajemen UMKM, desain produk dan pengemasan,
hingga promosi produk, dan lainnya.
Baca juga: Gerakan Semangat Kurangi Plastik Astra Kumpulkan 47 Ton
Sampah Plastik
Alhasil, kini produk minyak esensial yang dihasilkan oleh
produsen-produsen di DSA Kendal sudah mengikuti standar pengolahan
industri.
Suyanti, salah satu warga dari Desa Ngargosari, Kabupaten Kendal pun
mengakui merasakan dampak positif dari pelatihan dan pendampingan dari
Astra. Pendapatan suaminya yang dulu sangat pas-pasan, kini meningkat
jauh setelah beralih ke produksi minyak esensial.
“Dulu suami saya jarang pulang ke rumah karena harus bekerja sebagai
buruh bangunan yang pendapatannya tidak seberapa. Sekarang setelah ikut
bekerja mengolah minyak atsiri, setiap hari bisa pulang ke rumah, dekat
dengan keluarga, dan tentunya pendapatan jauh meningkat tiga sampai
empat kali lipat,” ujar Suyanti.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial?page=all#page2.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Bambang P. Jatmiko
Download aplikasi
Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android:
https://bit.ly/3g85pkAiOS:
https://apple.co/3hXWJ0LSekitar 4.000 warga
yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,
berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam
yang ada di desa mereka.
Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi
minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang
harganya kerap anjlok saat panen.
Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma
yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau
biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran
parfum, atau menjadi obat penawar penyakit.
Baca juga: Astra Berikan Penghargaan untuk Anak Muda Pejuang di Kala
Pandemi
Semua bermula dari Khafidz Nasrullah, pemuda yang menjadi penggerak bagi
warga desa untuk memproduksi minyak esensial. Ia merupakan anak buruh
tani di salah satu desa di Kabupaten Kendal yakni Desa Ngargosari.
Ia mengatakan dulu tembakau menjadi satu-satunya komoditas utama di
wilayah tersebut. Namun, karena prospek ke depan dianggap tidak terlalu
baik, tembakau pun ditinggalkan.
Sehingga masyarakat mulai menanam sayuran dan buah, seperti cabai, kubis
dan jambu biji. Program Desa Mandiri Energi tahun 2012 yang dicanangkan
pemerintah pun tak berjalan baik.
Hal itu membuatnya berinisiatif mencari tanaman alternatif untuk
dibudidayakan bersama masyarakat. Pilihannya jatuh pada cengkeh dan
sereh wangi yang memang banyak di wilayah tersebut.
Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Teknik Industri di UIN Yogyakarta,
Khafidz memakai ilmunya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan
masuk ke bidang usaha yang baru, yakni minyak esensial.
"Ternyata ada daun-daun cengkih kering yang berguguran di belakang rumah
yang tidak dimanfaatkan. Maka itu jadi terpikirkan untuk riset dan
dimanfaatkan jadi minyak esensial," ungkap Khafidz dalam Workshop
Lingkungan 2020 Astra secara virtual, Selasa (10/11/2020).
Untuk minyak esensial berbahan baku sereh wangi digunakan daun yang
masih segar berwarna hijau. Sedangkan untuk berbahan baku cengkih, yang
digunakan hanya daun yang berguguran atau layu.
Baca juga: Gowes Kembali Populer, Apakah Astra Bakal Produksi Lagi
Sepeda Federal?
Lantaran daun cengkih berwarna kecoklatan yang sudah jatuh ke tanah
memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi ketimbang yang masih di
pohon.
Adapun untuk menampung produksi-produksi minyak esensial dan
memasarkannya, Khafidz membangun CV Nares. Maka tak aneh bila saat ini
banyak produk minyak esensial dengan merek Nares yang tersebar di
seluruh Indonesia.
Bahkan minyak esensial Nares sudah diekspor ke berbagai negara seperti
Jerman, Prancis dan Spanyol.
Minyak esensial Nares
Lihat Foto
Minyak esensial Nares(Nares)
Peningkatan Pendapatan Penduduk Desa
Khafidz menjelaskan, ada tiga pemberdayaan yang dilakukan pada penduduk
desa. Pertama, pihaknya membeli bahan baku dari masyarakat yang kemudian
Nares melakukan penyulingan minyak esensial.
Kedua, warga yang sudah bisa melakukan penyulingan menjual produksi
minyak esensialnya kepada Nares. Serta ketiga, warga yang tidak memiliki
lahan maka menjadi pekerja dalam proses pembuatan minyak esensial.
"Mereka sangat antusias, semangat untuk produksinya bisa lebih meningkat
dan kualitasnya lebih unggul lagi. Karena memang mereka sudah rasakan
betul manfaat dari yang mereka lakukan itu," jelasnya.
Khafidz bilang, jika dahulu masyarakat desa hanya bergantung pada
pertanian biasa, pendapatannya cuma sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta per
bulan. Padahal kebutuhan hidup mereka berkisar Rp 1,4 juta-Rp 1,5 juta
per bulan atau Rp 40.000 per hari.
Baca juga: Astra Kembangkan 750 Desa Binaan di Seluruh Indonesia
"Jadi masih sangat-sangat kurang, dengan kondisi perekonomian seperti
itu mereka bisa dikatakan masih berada di bawah garsis kemiskinan,"
tambahnya.
Namun sejak warga desa beralih memproduksi minyak esensial dari cengkih
dan sereh wangi, pendapatannya meningkat jadi sekitar Rp 2 juta-Rp 5
juta per bulan. Rata-rata naik hingga empat kali lipat.
Kondisi finansial yang membaik bahkan berdampak lain pada kehidupan
sosial dan pendidikan masyarakat desa. Menurut Khafidz, keluarga para
petani menjadi lebih harmonis karena tidak tertekan masalah ekonomi.
"Peningkatan pendapatan memberikan dampak keharmonisan keluarga. Hal
lain yang enggak bisa diukur dengan nilai dari kesejahteraan adalah
senyum para petani," kata dia.
Di sisi lain, masyarakat pun semakin terbuka akan pentingnya pendidikan
setinggi mungkin untuk peningkatan taraf hidup. Lantaran, kebanyakan
penduduk desa merupakan lulusan sekolah dasar (SD).
"Harapannya mereka sebagai orang tua yang dulunya bahkan enggak lulus
SD, sekarang mereka ingin anaknya harus ke jenjang kuliah," ungkap
Khafidz.
Peran Astra Membina Warga Desa
Kisah Khafidz dengan warga desa di Kabupaten Kendal tak lepas pula dari
peran Astra yang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Lantaran wilayah tersebut menjadi salah satu Desa Sejahtera
Astra (DSA).
Sejak membina DSA di Kendal pada Juli 2019 hingga saat ini, Astra terus
memotivasi dan membina masyarakat di sana untuk menanam serai wangi,
mengumpulkan daun cengkih, sekaligus mengolah bahan baku dari minyak
esensial.
Perusahaan melalui program DSA memberikan dukungan berupa fasilitas
mesin pengolahan bahan baku minyak esensial, pendampingan, dan pembinaan
kepada masyarakat desa.
Astra memberikan edukasi mengenai cara memproduksi minyak esensial,
mulai dari metode pengeringan bahan baku, pengetahuan soal bahan baku
seperti apa yang siap diolah melalui mesin penyulingan, hingga tentang
cara pengolahannya.
Tak berhenti di situ, Astra juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan
keterampilan non-teknis (soft skill pada masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada minyak esensial.
Hal itu dilakukan dengan pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan
membuat foto produk, manajemen UMKM, desain produk dan pengemasan,
hingga promosi produk, dan lainnya.
Baca juga: Gerakan Semangat Kurangi Plastik Astra Kumpulkan 47 Ton
Sampah Plastik
Alhasil, kini produk minyak esensial yang dihasilkan oleh
produsen-produsen di DSA Kendal sudah mengikuti standar pengolahan
industri.
Suyanti, salah satu warga dari Desa Ngargosari, Kabupaten Kendal pun
mengakui merasakan dampak positif dari pelatihan dan pendampingan dari
Astra. Pendapatan suaminya yang dulu sangat pas-pasan, kini meningkat
jauh setelah beralih ke produksi minyak esensial.
“Dulu suami saya jarang pulang ke rumah karena harus bekerja sebagai
buruh bangunan yang pendapatannya tidak seberapa. Sekarang setelah ikut
bekerja mengolah minyak atsiri, setiap hari bisa pulang ke rumah, dekat
dengan keluarga, dan tentunya pendapatan jauh meningkat tiga sampai
empat kali lipat,” ujar Suyanti.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial?page=all#page2.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Bambang P. Jatmiko
Download aplikasi
Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android:
https://bit.ly/3g85pkAiOS:
https://apple.co/3hXWJ0LSekitar 4.000 warga
yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,
berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam
yang ada di desa mereka.
Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi
minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang
harganya kerap anjlok saat panen.
Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma
yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau
biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran
parfum, atau menjadi obat penawar penyakit.
Baca juga: Astra Berikan Penghargaan untuk Anak Muda Pejuang di Kala
Pandemi
Semua bermula dari Khafidz Nasrullah, pemuda yang menjadi penggerak bagi
warga desa untuk memproduksi minyak esensial. Ia merupakan anak buruh
tani di salah satu desa di Kabupaten Kendal yakni Desa Ngargosari.
Ia mengatakan dulu tembakau menjadi satu-satunya komoditas utama di
wilayah tersebut. Namun, karena prospek ke depan dianggap tidak terlalu
baik, tembakau pun ditinggalkan.
Sehingga masyarakat mulai menanam sayuran dan buah, seperti cabai, kubis
dan jambu biji. Program Desa Mandiri Energi tahun 2012 yang dicanangkan
pemerintah pun tak berjalan baik.
Hal itu membuatnya berinisiatif mencari tanaman alternatif untuk
dibudidayakan bersama masyarakat. Pilihannya jatuh pada cengkeh dan
sereh wangi yang memang banyak di wilayah tersebut.
Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Teknik Industri di UIN Yogyakarta,
Khafidz memakai ilmunya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan
masuk ke bidang usaha yang baru, yakni minyak esensial.
"Ternyata ada daun-daun cengkih kering yang berguguran di belakang rumah
yang tidak dimanfaatkan. Maka itu jadi terpikirkan untuk riset dan
dimanfaatkan jadi minyak esensial," ungkap Khafidz dalam Workshop
Lingkungan 2020 Astra secara virtual, Selasa (10/11/2020).
Untuk minyak esensial berbahan baku sereh wangi digunakan daun yang
masih segar berwarna hijau. Sedangkan untuk berbahan baku cengkih, yang
digunakan hanya daun yang berguguran atau layu.
Baca juga: Gowes Kembali Populer, Apakah Astra Bakal Produksi Lagi
Sepeda Federal?
Lantaran daun cengkih berwarna kecoklatan yang sudah jatuh ke tanah
memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi ketimbang yang masih di
pohon.
Adapun untuk menampung produksi-produksi minyak esensial dan
memasarkannya, Khafidz membangun CV Nares. Maka tak aneh bila saat ini
banyak produk minyak esensial dengan merek Nares yang tersebar di
seluruh Indonesia.
Bahkan minyak esensial Nares sudah diekspor ke berbagai negara seperti
Jerman, Prancis dan Spanyol.
Minyak esensial Nares
Lihat Foto
Minyak esensial Nares(Nares)
Peningkatan Pendapatan Penduduk Desa
Khafidz menjelaskan, ada tiga pemberdayaan yang dilakukan pada penduduk
desa. Pertama, pihaknya membeli bahan baku dari masyarakat yang kemudian
Nares melakukan penyulingan minyak esensial.
Kedua, warga yang sudah bisa melakukan penyulingan menjual produksi
minyak esensialnya kepada Nares. Serta ketiga, warga yang tidak memiliki
lahan maka menjadi pekerja dalam proses pembuatan minyak esensial.
"Mereka sangat antusias, semangat untuk produksinya bisa lebih meningkat
dan kualitasnya lebih unggul lagi. Karena memang mereka sudah rasakan
betul manfaat dari yang mereka lakukan itu," jelasnya.
Khafidz bilang, jika dahulu masyarakat desa hanya bergantung pada
pertanian biasa, pendapatannya cuma sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta per
bulan. Padahal kebutuhan hidup mereka berkisar Rp 1,4 juta-Rp 1,5 juta
per bulan atau Rp 40.000 per hari.
Baca juga: Astra Kembangkan 750 Desa Binaan di Seluruh Indonesia
"Jadi masih sangat-sangat kurang, dengan kondisi perekonomian seperti
itu mereka bisa dikatakan masih berada di bawah garsis kemiskinan,"
tambahnya.
Namun sejak warga desa beralih memproduksi minyak esensial dari cengkih
dan sereh wangi, pendapatannya meningkat jadi sekitar Rp 2 juta-Rp 5
juta per bulan. Rata-rata naik hingga empat kali lipat.
Kondisi finansial yang membaik bahkan berdampak lain pada kehidupan
sosial dan pendidikan masyarakat desa. Menurut Khafidz, keluarga para
petani menjadi lebih harmonis karena tidak tertekan masalah ekonomi.
"Peningkatan pendapatan memberikan dampak keharmonisan keluarga. Hal
lain yang enggak bisa diukur dengan nilai dari kesejahteraan adalah
senyum para petani," kata dia.
Di sisi lain, masyarakat pun semakin terbuka akan pentingnya pendidikan
setinggi mungkin untuk peningkatan taraf hidup. Lantaran, kebanyakan
penduduk desa merupakan lulusan sekolah dasar (SD).
"Harapannya mereka sebagai orang tua yang dulunya bahkan enggak lulus
SD, sekarang mereka ingin anaknya harus ke jenjang kuliah," ungkap
Khafidz.
Peran Astra Membina Warga Desa
Kisah Khafidz dengan warga desa di Kabupaten Kendal tak lepas pula dari
peran Astra yang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Lantaran wilayah tersebut menjadi salah satu Desa Sejahtera
Astra (DSA).
Sejak membina DSA di Kendal pada Juli 2019 hingga saat ini, Astra terus
memotivasi dan membina masyarakat di sana untuk menanam serai wangi,
mengumpulkan daun cengkih, sekaligus mengolah bahan baku dari minyak
esensial.
Perusahaan melalui program DSA memberikan dukungan berupa fasilitas
mesin pengolahan bahan baku minyak esensial, pendampingan, dan pembinaan
kepada masyarakat desa.
Astra memberikan edukasi mengenai cara memproduksi minyak esensial,
mulai dari metode pengeringan bahan baku, pengetahuan soal bahan baku
seperti apa yang siap diolah melalui mesin penyulingan, hingga tentang
cara pengolahannya.
Tak berhenti di situ, Astra juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan
keterampilan non-teknis (soft skill pada masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada minyak esensial.
Hal itu dilakukan dengan pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan
membuat foto produk, manajemen UMKM, desain produk dan pengemasan,
hingga promosi produk, dan lainnya.
Baca juga: Gerakan Semangat Kurangi Plastik Astra Kumpulkan 47 Ton
Sampah Plastik
Alhasil, kini produk minyak esensial yang dihasilkan oleh
produsen-produsen di DSA Kendal sudah mengikuti standar pengolahan
industri.
Suyanti, salah satu warga dari Desa Ngargosari, Kabupaten Kendal pun
mengakui merasakan dampak positif dari pelatihan dan pendampingan dari
Astra. Pendapatan suaminya yang dulu sangat pas-pasan, kini meningkat
jauh setelah beralih ke produksi minyak esensial.
“Dulu suami saya jarang pulang ke rumah karena harus bekerja sebagai
buruh bangunan yang pendapatannya tidak seberapa. Sekarang setelah ikut
bekerja mengolah minyak atsiri, setiap hari bisa pulang ke rumah, dekat
dengan keluarga, dan tentunya pendapatan jauh meningkat tiga sampai
empat kali lipat,” ujar Suyanti.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial?page=all#page2.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Bambang P. Jatmiko
Download aplikasi
Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android:
https://bit.ly/3g85pkAiOS:
https://apple.co/3hXWJ0LSekitar 4.000 warga
yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,
berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam
yang ada di desa mereka.
Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi
minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang
harganya kerap anjlok saat panen.
Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma
yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau
biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran
parfum, atau menjadi obat penawar penyakit.
Baca juga: Astra Berikan Penghargaan untuk Anak Muda Pejuang di Kala
Pandemi
Semua bermula dari Khafidz Nasrullah, pemuda yang menjadi penggerak bagi
warga desa untuk memproduksi minyak esensial. Ia merupakan anak buruh
tani di salah satu desa di Kabupaten Kendal yakni Desa Ngargosari.
Ia mengatakan dulu tembakau menjadi satu-satunya komoditas utama di
wilayah tersebut. Namun, karena prospek ke depan dianggap tidak terlalu
baik, tembakau pun ditinggalkan.
Sehingga masyarakat mulai menanam sayuran dan buah, seperti cabai, kubis
dan jambu biji. Program Desa Mandiri Energi tahun 2012 yang dicanangkan
pemerintah pun tak berjalan baik.
Hal itu membuatnya berinisiatif mencari tanaman alternatif untuk
dibudidayakan bersama masyarakat. Pilihannya jatuh pada cengkeh dan
sereh wangi yang memang banyak di wilayah tersebut.
Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Teknik Industri di UIN Yogyakarta,
Khafidz memakai ilmunya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan
masuk ke bidang usaha yang baru, yakni minyak esensial.
"Ternyata ada daun-daun cengkih kering yang berguguran di belakang rumah
yang tidak dimanfaatkan. Maka itu jadi terpikirkan untuk riset dan
dimanfaatkan jadi minyak esensial," ungkap Khafidz dalam Workshop
Lingkungan 2020 Astra secara virtual, Selasa (10/11/2020).
Untuk minyak esensial berbahan baku sereh wangi digunakan daun yang
masih segar berwarna hijau. Sedangkan untuk berbahan baku cengkih, yang
digunakan hanya daun yang berguguran atau layu.
Baca juga: Gowes Kembali Populer, Apakah Astra Bakal Produksi Lagi
Sepeda Federal?
Lantaran daun cengkih berwarna kecoklatan yang sudah jatuh ke tanah
memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi ketimbang yang masih di
pohon.
Adapun untuk menampung produksi-produksi minyak esensial dan
memasarkannya, Khafidz membangun CV Nares. Maka tak aneh bila saat ini
banyak produk minyak esensial dengan merek Nares yang tersebar di
seluruh Indonesia.
Bahkan minyak esensial Nares sudah diekspor ke berbagai negara seperti
Jerman, Prancis dan Spanyol.
Minyak esensial Nares
Lihat Foto
Minyak esensial Nares(Nares)
Peningkatan Pendapatan Penduduk Desa
Khafidz menjelaskan, ada tiga pemberdayaan yang dilakukan pada penduduk
desa. Pertama, pihaknya membeli bahan baku dari masyarakat yang kemudian
Nares melakukan penyulingan minyak esensial.
Kedua, warga yang sudah bisa melakukan penyulingan menjual produksi
minyak esensialnya kepada Nares. Serta ketiga, warga yang tidak memiliki
lahan maka menjadi pekerja dalam proses pembuatan minyak esensial.
"Mereka sangat antusias, semangat untuk produksinya bisa lebih meningkat
dan kualitasnya lebih unggul lagi. Karena memang mereka sudah rasakan
betul manfaat dari yang mereka lakukan itu," jelasnya.
Khafidz bilang, jika dahulu masyarakat desa hanya bergantung pada
pertanian biasa, pendapatannya cuma sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta per
bulan. Padahal kebutuhan hidup mereka berkisar Rp 1,4 juta-Rp 1,5 juta
per bulan atau Rp 40.000 per hari.
Baca juga: Astra Kembangkan 750 Desa Binaan di Seluruh Indonesia
"Jadi masih sangat-sangat kurang, dengan kondisi perekonomian seperti
itu mereka bisa dikatakan masih berada di bawah garsis kemiskinan,"
tambahnya.
Namun sejak warga desa beralih memproduksi minyak esensial dari cengkih
dan sereh wangi, pendapatannya meningkat jadi sekitar Rp 2 juta-Rp 5
juta per bulan. Rata-rata naik hingga empat kali lipat.
Kondisi finansial yang membaik bahkan berdampak lain pada kehidupan
sosial dan pendidikan masyarakat desa. Menurut Khafidz, keluarga para
petani menjadi lebih harmonis karena tidak tertekan masalah ekonomi.
"Peningkatan pendapatan memberikan dampak keharmonisan keluarga. Hal
lain yang enggak bisa diukur dengan nilai dari kesejahteraan adalah
senyum para petani," kata dia.
Di sisi lain, masyarakat pun semakin terbuka akan pentingnya pendidikan
setinggi mungkin untuk peningkatan taraf hidup. Lantaran, kebanyakan
penduduk desa merupakan lulusan sekolah dasar (SD).
"Harapannya mereka sebagai orang tua yang dulunya bahkan enggak lulus
SD, sekarang mereka ingin anaknya harus ke jenjang kuliah," ungkap
Khafidz.
Peran Astra Membina Warga Desa
Kisah Khafidz dengan warga desa di Kabupaten Kendal tak lepas pula dari
peran Astra yang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Lantaran wilayah tersebut menjadi salah satu Desa Sejahtera
Astra (DSA).
Sejak membina DSA di Kendal pada Juli 2019 hingga saat ini, Astra terus
memotivasi dan membina masyarakat di sana untuk menanam serai wangi,
mengumpulkan daun cengkih, sekaligus mengolah bahan baku dari minyak
esensial.
Perusahaan melalui program DSA memberikan dukungan berupa fasilitas
mesin pengolahan bahan baku minyak esensial, pendampingan, dan pembinaan
kepada masyarakat desa.
Astra memberikan edukasi mengenai cara memproduksi minyak esensial,
mulai dari metode pengeringan bahan baku, pengetahuan soal bahan baku
seperti apa yang siap diolah melalui mesin penyulingan, hingga tentang
cara pengolahannya.
Tak berhenti di situ, Astra juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan
keterampilan non-teknis (soft skill pada masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada minyak esensial.
Hal itu dilakukan dengan pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan
membuat foto produk, manajemen UMKM, desain produk dan pengemasan,
hingga promosi produk, dan lainnya.
Baca juga: Gerakan Semangat Kurangi Plastik Astra Kumpulkan 47 Ton
Sampah Plastik
Alhasil, kini produk minyak esensial yang dihasilkan oleh
produsen-produsen di DSA Kendal sudah mengikuti standar pengolahan
industri.
Suyanti, salah satu warga dari Desa Ngargosari, Kabupaten Kendal pun
mengakui merasakan dampak positif dari pelatihan dan pendampingan dari
Astra. Pendapatan suaminya yang dulu sangat pas-pasan, kini meningkat
jauh setelah beralih ke produksi minyak esensial.
“Dulu suami saya jarang pulang ke rumah karena harus bekerja sebagai
buruh bangunan yang pendapatannya tidak seberapa. Sekarang setelah ikut
bekerja mengolah minyak atsiri, setiap hari bisa pulang ke rumah, dekat
dengan keluarga, dan tentunya pendapatan jauh meningkat tiga sampai
empat kali lipat,” ujar Suyanti.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial", Klik untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial?page=all#page2.
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Bambang P. Jatmiko
Download aplikasi
Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android:
https://bit.ly/3g85pkAiOS:
https://apple.co/3hXWJ0L
Tidak ada komentar:
Posting Komentar